Siapa Sih Fast Food?

 

Siapa sih fast food? 

“Obrolan santai untuk mengenal lebih jauh sosok fast food di kehidupan kita”

Anak-anak, remaja, dan anak muda nampaknya merupakan target-target usia utama dalam industri fast food. Asumsi ini didasarkan pada komposisi pengunjung yang makan di setiap gerai fast food (baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri), berbagai paket promo yang terjangkau bagi para pelajar, kupon-kupon gratis yang dipromosikan melalui telepon selular dan smartphone seperti sms atau LINE, paket acara ulang tahun, juga paket happy meal untuk anak-anak. Selain itu, di beberapa gerai ada juga yang menyediakan ruang bermain untuk anak-anak layaknya di taman bermain atau taman kanak-kanak.

Berangkat dari asumsi inilah, rasa penasaran untu mengetahui seperti apa pandangan serta pendapat anak-anak, remaja, dan anak muda ini mengenai fast food, maka diadakan kegiatan bertajuk “Siapa Sih Fast Food?”. Dengan bertanya seperti ini, kami ingin memancing obrolan dengan mengandaikan fast food seperti manusia agar para peserta bisa merasakan kedekatan dengan tema diskusi. Target peserta kegiatan ini adalah anak SD hingga mahasiswa. Kami ingin mengajak mereka mengobrol mengenai pandangan-pandangan mereka terhadap fast food. Kami penasaran apakah mereka sebagai salah satu konsumen utama juga mempunyai gagasan atau kritik terhadap sesuatu yang mereka konsumsi yang belum pernah kita dengar langsung dari mereka.

Kegiatan “Siapa Sih Fast Food?” diikuti oleh 9 peserta; 1 peserta SD, 1 peserta yang baru saja lulus SMA, dan sisanya adalah mahasiswa dan karyawan. Tiga dari semblan peserta ini adalah anggota Bakudapan sendiri. Memang komposisi peserta ini kurang sesuai dengan rencana yang awalnya ingin mengajak 2 anak SD, 1 pelajar SMP dan SMA, dan 2 mahasiswa (mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat akhir). Meskipun demikian, diskusi berjalan cukup cair dan adil. Semua berbicara sesuai giliran. Peserta SD pun yang bersalah dari SD tumbuh juga sangat aktif dan kritis walaupun dia masih kelas 1.

Ada tiga plot yang membangun diskusi. Pertama, kami menyajikan slide show foto-foto yang telah dikurasi dari berbagai sumber di internet. Ada 14 foto yang menggambarkan suatu momen atau kegiatan tertentu yang sekiranya menarik perhatian mereka. Setiap foto ini telah diberi nomor dan peserta diminta untuk menuliskan foto nomor berapa yang menurutnya paling menarik perhatian mereka. Setelah mereka melihat smeua foto, mereka menuliskan nomor dan pandangan mereka terhadap foto tersebut di selembar kertas yang telah dibagikan. Mereka bebas memilih jumlah foto yang menurut mereka menarik untuk diceritakan.

Dari plot pertama ini, foto yang paling banyak dipilih karena dianggap mencuri perhatian adalah foto yang menampilkan Presiden Amerika Serikat Barack Obama sedang menikmati burger di sebuah gerai fast food bersama rekan kerjanya. Mereka berdua tampak menikmati makanan tersebut dengan setelan jas serta dasi. Ada tiga pendapat menarik yang juga sering diulang-ulang oleh setiap peserta yang kena giliran untuk berbicara mengenai foto pilihannya ini. Pertama, ada yang mengatakan bahwa meskipun fast food ini sudah diketahui sebagai makanan yang tidak sehat, namun foto tersebut menggambarkan betapa kuatnya pengaruh fast food ini sehingga Barak Obama dan teman kerjanya pun makan fast food di restoran fast food. “Barack Obama dan pejabat aja masih makan fast food” ujar salah satu peserta. Kedua, ada juga yang mengatakan bahwa foto ini justru ingin seperti menangkis isu tidak sehat tersebut. Salah satu peserta melihat bahwa dengan adanya Barak Obama makan fast food, artinya bahwa fast food itu bukanlah makanan yang berbahaya. Barak Obama sebagai presiden di sini dilihat sebagai simbol yang memiliki kekuatan tertentu untuk mengubah atau mugkin membalikkan isu. Pendapat ketiga nampaknya lebih realistis dengan mengatakan bahwa foto ini menggambarkan bahwa fast food cocok bagi para pekerja yang super sibuk karena cepat saji dan mudah disantap.

Foto lain yang juga banyak dipilih oleh peserta adalah foto yang memperlihatkan seorang wanita sedang menyantap burger sambil menyetir. Ada yang mengatakan bahwa fenomena seperti ini “sangat Amerika” dan ada juga yang mencoba lebih peka dengan mengatakan bahwa foto ini semakin memperkuat kesan fast food sebagai makanan alternatif saat lapar tapi harus terburu-buru.

Salah satu foto di plot pertama ini yang tidak kalah menarik setelah mendengar pendapat salah satu peserta adalah foto yang memperlihatkan sekelompok teman sedang makan bersama di sebuah restoran fast food. Salah satu peserta tersebut bercerita bahwa fast food memang identik dengan junk food meskipun tidak semua fast food itu junk food, dan kalau makan junk food beramai-ramai tidak ada perasaan bersalah “karena ada temannya” katanya ketimbang makan sendiri.

Plot kedua, kami menampilkan beberapa foto yang bersifat analogis untuk didiskusikan bersama. Foto-foto tersebut ada yang menampilkan dua tubuh manusia yang bagian dalam perutnya kelihatan seperti mesin. Yang satu mesinnya rusak karena di tangannya memegang burger dan fries, yang satu lagi mesinnya bersih serta terawat karena di tangannya memegang apel dan barbel. Salah satu peserta yang sudah bekerja mengatakan bahwa dia tidak terlalu sepakat dengan apa yang ingin disampaikan foto ini. Menurutnya sumber kesehatan bukan berasal dari makanan yang dikonsumsi semata tapi dari berbagai faktor. Dia juga menambahkan bahwa belum tentu dengan mkanan sehat tubuh kita juga sehat. Kondisi emosi, stress, suaana batin, dan sebagainya juga bisa berperan dalam menciptaan kesehatan katanya.

Ada juga beberapa foto yang menunjukkan paket-paket promo yang biasa disebarkan lewat LINE. Beberapa peserta, terutama yang mahasiswa pun merespon. Ada yang mengatakan bahwa dia tidak pernah tertarik dengan promo-promo tersebut, ada juga yang menceritakan pengalaman pribadinya demi mendapatkan promo paket fast food ini meskipun sudah larut malam.

Plot ketiga, setiap peserta diminta untuk berandai-andai memiliki restoran fast food di masa depan dan menceritakan imajinasi tersebut melalui deskripsi tertulis atau gambar atau keduanya. Tujuannya ingin melihat konsep ideal mereka masing-masing terhadap fast food. Berikut rangkumannya:

  1. Peserta mahasiswa: harus ada WiFi 24 jam
  2. Peserta mahasiswa: menunya beragam; ada soy milk, pumpkin cake, carrot cake, pudding kelapa dan nanas
  3. Peserta lulusan SMA: restoran fast food yang sehat; tetap cepat saji tapi sistem menu dan pemesanannya mudah serta praktis. Ada sayurnya dan bebas pengawet. Hanya drive thru, bukan tempat nongkrong sehingga tidak perlu ada wifi. Kemasannya tidak menggunakan bahan plastik tapi dari kertas ramah lingkungan. Dia juga ingin memberikan diskon 10% bagi yang membawa kotak dan botol makanan serta minuman sendiri. Minuman yang disediakan pun bukan yang beralkohol dan bersoda, tapi jus buah, kopi, dan teh saja.
  4. Peserta SD: harus ada menu vegetarian, misal burger sayur dan spaghetti sayur
  5. Peserta mahasiwa: menu beragam, ada tempat penitipan anak, ada drive thru, tidak boleh ada happy meal karena dia tidak suka melihat anak-anak merengak minta dibelikan mainan tersebut, dan tidak ada bau menyengat karena dia sendiri tidak suka bau khas restoran fast food yang tercium dari luar
  6. Peserta mahasiswa: dia ingin menyediakan makanan yang saking praktisnya bisa dimakan sambil naik motor

(Fikri Yathir)